It's me

It's me
It's all about me

Selasa, 10 April 2012

Tomcat, Masyarakat Indonesia Lagi-Lagi Berlebihan Menanggapi Suatu Fenomena

Tomcat, atau dalam bahasa latin disebut Paederus Fuscipes adalah serangga yang belakangan ini santer diberitakan meresahkan warga. Padahal pada dasarnya Tomcat atau semut semai merupakan serangga predator pemakan hama wereng yang seringkali membantu petani. Serangga ini tidak terlalu aktif terbang melainkan menjelajah dalam mencari makanannya. Pakannya antara lain serangga-serangga pemakan tanaman dan serangga pradewasa berbentuk telur, kupan, atau infa.
Asal mula nama Tomcat sendiri diambil dari nama produk pestisida di Eropa, disebut dengan panggilan yang sama karena sifat serangga tersebut yang membantu petani memberantas hama seperti layaknya pestisida. Tomcat sendiri sebenarnya hanya serangga sejenis kumbang yang biasa hidup di sawah, taman kota, hutan, atau rawa-rawa. Namun disebut meresahkan karena serangga tersebut keluar jauh dari habitatnya dan muncul di habitat manusia.
Tomcat banyak menghuni areal persawahan padi, namun ketika panen baru Tomcat mulai keluar dari sawah karena ketiadaan padi di sawah tersebut. Faktanya Tomcat adalah serangga kosmopolitan, karena populasinya tersebar dari Sabang hingga Marauke, jadi seharusnya masyarakat tidak perlu heran dengan kehadiran Tomcat di pemukimannya. Sebenarnya ini hal yang wajar karena Tomcat tertarik pada cahaya lampu.
Jika Tomcat belakangan ini mendapat predikat buruk sebagai serangga yang membahayakan, itu hanya karena sengatan racunnya yang membuat kulit gatal dan panas. Populasinya yang dikabarkan meningkat pesat adalah hal yang masih tergolong wajar untuk siklus hidupnya di bulan Maret-April. Karena saat bulan-bulan tersebut pakan serangga ini meningkat, jika sudah melalui kedua bulan itu populasi diyakini akan turun karena pemangsanya, seperti kodok dan kadal, juga akan meningkat.
Namun fenomena yang berseliweran di media cetak maupun elektronik terkesan melebih-lebihkan sehingga membuat masyarakat antipati terhadap Tomcat dengan kekhawatiran yang berlebihan. Padahal serangga Tomcat tak ubahnya seperti lebah yang tidak akan menyengat jika tidak diganggu. Kesalahan tanggap ini seringkali dikarenakan oleh sifat masyarakat Indonesia yang menerima mentah-mentah informasi yang ditangkapnya tanpa disaring dengan bijak dan kritis. Oleh karena itu diperlukan sosialisasi tentang serangga Tomcat dan penanganannya yang baik, karena tanpa pengetahuan yang cukup di masyarakat, populasi Tomcat sebagai predator hama terancam menurun karena dibasmi oleh masyarakat.


Source :
http://koran-jakarta.com/index.php/detail/view01/87819

Bukan Masyarakatnya, tapi Pemerintahnya Yang Bermasalah

Sebelum memulai saya memohon maaf jika saya menulis opini ini dari sisi kiri dan terkesan skeptis, karena saya ada di sayap kiri pemerintahan Indonesia. Tapi saya harus menuliskan yang sejujurnya.
Isu kenaikan BBM memang marak belakangan ini, seolah pemerintah belum puas menyengsarakan rakyat demi kepentingannya.  Dampaknya tidak perlu dipertanyakan lagi, hal ini akan semakin mencekik keadaan finansial masyarakat Indonesia. Bagi pejabat-pejabat pemerintah tentu mereka hanya bisa berkoar-koar mengenai teorema ekonomi yang memaksa pemerintah menaikkan harga minyak bumi, tanpa mereka perduli perasaan rakyat kecil. Karena itu menurut saya tidak ada yang salah dengan tindakan protes masyarakat yang begitu hebat demi mempertahankan keberlangsungan hidupnya tanpa perduli teorema-teorema yang dikemukakan para elit politik, adil bukan? Dinaikkan atau tidak, pada akhirnya tetap bukan demi ‘kebaikan masyarakat indonesia’, tapi demi ‘kemakmuran pemerintah’.
Sekarang mari kita coba cerna. Rasanya pemerintah baru kemarin mencanangkan rencana pembangunan gedung baru DPR yang begitu mewah dengan fasilitas ruang spa dan kolam renang (kantor macam apa itu?), diperkirakan akan memakan anggaran Rp 1,164 triliyun. Jelas rencana ini ditolak mentah-mentah dan diprotes masyarakat, tentu sangat tidak etis bersenang-senang ditengah-tengah badai krisis yang menimpa rakyat Indonesia. Saat saya buka alamat web  http://www.dpr.go.id/id/sosialisasi-gedung/kronologi untuk mengetahui kejelasannya, saya tergelitik membaca poin nomor 3 yang berbunyi “Saat ini tiap anggota DPR RI di Gedung Nusantara I menempati ruang seluas +-32m2 diisi 1 anggota, 1 sekretaris, dan 2 staf ahli. Kondisi ini dianggap tidak optimal untuk kinerja dewan”. Apakah mereka (para penghuni gedung DPR) itu sadar bahwa ada 194 ribu sekolah rusak di indonesia, dimana puluhan anak harus belajar di satu kelas yang rusak parah dan -tentunya- tidak mencapai 32 m2 per kelas besarnya. Sekarang sudahkah tampak egoisme pemerintah?
Tentunya masyarakat menolak dengan tegas ide gila memperbaharui gedung DPR dengan alasan dan anggaran yang tidak jelas itu. Meski ditolak, tetap saja ada Rp 800 milyar anggaran pembangunan gedung DPR yang tidak kembali ke kas negara. Dan begitu rencana ditolak, mulai muncul permintaan anggaran-anggaran konyol, seperti untuk renovasi toilet DPR dengan anggaran Rp 2 Milyar untuk 220 toilet di gedung DPR. Bisa bayangkan toilet macam apa yang dalam renovasinya menelan biaya hingga Rp 9 juta per toilet? Mungkin masuk akal bila dilengkapi dengan jacuzzi dan tukang pijit plus-plus eksklusif di dalamnya.
Kaget? Belum selesai masyarakat syok atas ketidakpekaan pemerintah akan kesusahan rakyatnya, tiba-tiba gedung rapat anggaran DPR dikabarkan telah selesai direnovasi dengan anggaran Rp 20 Milyar. Secara lebih lengkapnya sekretariat jendral DPR sebenarnya mengajukan anggaran sebesar Rp 800 Milyar untuk biaya perawatan gedung DPR, namun badan anggaran hanya menyetujui Rp 500 Milyar, termasuk perbaikan gedung rapat anggaran –yang sebenarnya masih sangat layak pakai dan tidak perlu direnovasi- itu.
Sekarang pemerintah Indonesia, sebuah negara penghasil minyak bumi yang sangat besar dan memiliki perusahaan pengolah minyak bumi besar bernama Pertamina, mengaku tidak dapat lagi menanggung subsidi rakyat untuk minyak bumi. Yang saya herankan adalah, bukankah SDA minyak bumi yang menghasilkan adalah tanah Indonesia dan Pertamina sendiri yang mengolahnya, tapi mengapa harus ikut harga minyak mentah dunia? Baru sadarkah anda, bahwa Indonesia masih mengimpor minyak bumi, sumber daya alam yang melimpah di indonesia, dari negara lain dan mengekspor minyak bumi kualitas tinggi dari indonesia ke negara lain. Janggal bukan? Itulah liciknya permainan politik. Masyarakat Indonesia cuma menerima sisa-sisa untuk hasil bumi dan hasil keringat mereka, sisanya ada di kantung para pejabat.
Lantas untuk apa subsidi BBM direncanakan akan ditarik, tidak lain dan tidak bukan adalah untuk menutupi kerugian badan anggaran atas perilaku anggota DPRnya yang banyak menghabiskan kas negara. Menutupi kerugian atas Gayus dan teman-teman seperjuangannya, menutupi kehausan para pejabat akan kesenangan mereka study banding (baca: bersenang-senang) ke luar negeri, dan menutupi perilaku para elit politik yang menguras anggaran dengan korupsinya. Jadi pikirkan kembali, dengan tindakan ‘menarik subsidi BBM’dimana sisi baiknya bagi masyarakat indonesia? Masyarakat Indonesia tetap akan menanggung hutang negara yang terus bertambah atas perbuatan para elit politik yang gemar meminjam uang dan mengemis ke negara tetangga.
Indonesia menobatkan diri sebagai negara demokratis, pemerintahan di tangan rakyat dan dipertanggung jawabkan ke rakyat. Itu berarti seharusnya rakyatlah yang menjadi atasan para pemerintah, bukan rakyat yang justru ditindas. Urusan mengatur kelangsungan anggaran negara, kita –rakyat Indonesia- sebagai atasan- telah mengamanatkannya kepada pemerintah. Jika ada hal-hal yang salah perhitungan mengenai anggaran hingga pemerintah merugi, jangan salahkan kami para rakyat, itu tanggung jawab pemerintah. Dan sudah sepatutnya merekalah yang repot, pantas dipersalahkan dan dituntut untuk menawarkan solusi untuk memperbaiki kecerobohannya tanpa mengorbankan kami, rakyat Indonesia. Meski ini masih impian, tapi sudah sepatutnya para elit politik dan pemerintah yang berkorban menguras anggaran hidupnya demi kelangsungan hidup rakyatnya, bukan malah sebaliknya. Permasalahannya, tidak pernah ada sejarahnya para pejabat di pemerintahan mau berhenti hidup foya-foya di saat rakyatnya menjerit menderita. Jadi selama itu tidak dihentikan, saya tidak akan berhenti berada di sayap kiri pemerintahan.


Sumber :
http://www.tribunnews.com/2012/01/05/anggaran-toilet-rp-2-miliar-baru-pagu
http://www.dpr.go.id/id/sosialisasi-gedung/kronologi
http://wahw33d.blogspot.com/2012/01/anggaran-renovasi-gedung-dpr-capai-rp.html
http://www.jubilee-jkt.sch.id/index.php?option=com_content&view=article&id=925:jumlah-sekolah-rusak-mencapai-194-ribu&catid=113:morat-marit-infrastruktur-pendidikan&Itemid=164

Media Jejaring Sosial Layaknya Pisau

Kehadiran media jejaring sosial telah merubah sistem tatanan sosial manusia, terutama dalam hal menambah channel/ kenalan di seantero indonesia, bahkan dalam cakupan internasional. Orang-orang yang tidak pernah bertemu sama sekali bahkan bisa saling mengobrol pada waktu yang sama (online). Proses dalam berkenalan dan menjalin hubungan pun menjadi berubah seratus delapan puluh derajat lebih praktis dibanding dulu. Orang yang baru berkenalan dan mengobrol via jejaring sosial tanpa bertemu sama sekali bisa begitu mengenal dan saling mempercayai satu sama lain, bahkan bisa melanjutkan hubungan ke jenjang yang lebih intens dan tidak jarang berlanjut ke pernikahan, tentunya setelah menjalani proses kopi darat.
Media jejaring sosial memang menambah praktis proses perkenalan dan penyebaran informasi. Tapi karena itu pula media jejaring sosial menjadi riskan disalah gunakan pihak-pihak yang berniat buruk. Orang lain bisa begitu mengenal informasi seseorang hanya karena orang tersebut menyebarkan informasi tentang dirinya dengan terbuka di jejaring sosial. Bahkan foto-foto, informasi penting seperti alamat dan nomor telepon pun kadang dipajang secara ceroboh. Hal-hal yang bersifat privasi tersebut jika tidak diamankan sangat bisa digunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab untuk melancarkan kejahatannya, atau dalam tingkat paling rendah bisa disebut ‘keisengannya’. Apalagi internet merupakan sumber informasi yang tercepat dan dinamis, seseorang dapat mengirim suatu informasi agar dapat dilihat oleh seluruh pengunjung internet di seluruh dunia dalam hitungan detik. Maka jika hal-hal privasi yang kita pajang disalah gunakan dan disebar, seperti kasus pengeditan foto menjadi foto bugil misalnya, akan sulit untuk dapat menariknya kembali dari jangkauan mata pengunjung-pengunjung internet.
Jika kita tilik beberapa tahun lalu, telah banyak kasus-kasus yang bersumber dari media jejaring sosial, hingga sempat  menimbulkan kontroversi tentang media jejaring sosial yang dinilai berdampak buruk. Banyak gadis remaja ABG kabur dari rumah hanya untuk menemui pria yang hanya dikenalnya melalui dunia maya, bahkan dibawa kabur pria tersebut dan dimanfaatkan tubuhnya. Lucu memang, tapi fenomena tersebut sempat membuat media jejaring sosial dipersalahkan dan dianggap haram. Bahkan berita-berita buruk yang berseliweran mengenai media jejaring sosial sempat membuat para orangtua melarang anaknya menggunakan media jejaring sosial dengan bentuk apapun.
Sebenarnya jika kita melihat masalah ini secara bijak, media jejaring sosial tak ubahnya seperti sebuah pisau. Jika kita mampu memakainya dengan baik maka media jejaring sosial akan membawa banyak manfaat bagi diri kita, tetapi jika kita tidak mampu memakainya dengan baik dan bijaksana maka media jejaring sosial itu justru bisa menimbulkan bahaya bagi diri kita sendiri. Memang tidak ada yang salah dalam mencari kenalan dari media jejaring sosial, namun akan sangat baik jika kita tidak sembarangan mempercayai orang yang tidak pernah kita temui. Meskipun kita dapat melihat foto, ucapan-ucapannya, dan merasa mengenalinya secara dekat,  kita harus tetap waspada karena orang tersebut tetaplah seseorang yang asing, yang bisa saja menutup akunnya dan mendadak menghilang dalam sekejap mata.
Jika kita mau mencoba membuka pikiran, banyak hal-hal baik yang bisa didapat dengan berpartisipasi dalam media jejaring sosial. Antara lain kita mendapat kemudahan untuk mengakses orang-orang asing diluar negeri kita dengan mudahnya, tanpa terbatas kendala waktu dan tempat. Jika tanpa media jejaring sosial, bisa dibayangkan betapa sulitnya mencari kenalan orang asing di luar negeri kita. Selain itu kita dapat aktif berpartisipasi dalam grup-grup di media jejaring sosial dan mendukung gerakan yang bisa membawa kebaikan bagi lingkungan sekitar kita, bahkan dunia.
Intinya, media jejaring sosial diciptakan hanya untuk mempermudah komunikasi antar manusia, bukan menjadi pengganti dunia nyata dalam urusan hubungan antar manusia. Media jejaring sosial tetap tidak dapat menggantikan prosedur manual untuk mencari dan menseleksi kenalan dengan bertatap muka, untuk mencari sahabat, maupun untuk mencari pasangan. Bagaimanapun berkenalan di dunia nyata tetap jauh lebih aman dibanding berkenalan di dunia maya, karena itu jangan mudah mempercayai orang yang baru kita kenal di media jejaring sosial apalagi sebelum bertemu langsung. Dan kita harus tetap bijak menyaring informasi-informasi yang akan kita bagi di media jejaring sosial, karena dalam sekali klik maka informasi tersebut akan menyebar dan dapat dilihat oleh orang-orang di seluruh penjuru dunia.