It's me

It's me
It's all about me

Jumat, 02 Maret 2012

Tulisan 1 : Benarkah Mobil Esemka merupakan Mobil Kebanggaan Indonesia?

Mobil Esemka tercipta berkat ide brilian pak Sukiat untuk mengumpulkan anak-anak SMK di seantero kota Solo untuk membuat proyek yang bisa membuktikan kemampuan mereka. Sebelumnya Pak Sukiat bukan siapa-siapa, hanya pemilik sekaligus pekerja bengkel mobil Kiat Motor yang mempunyai hasrat untuk membuat Indonesia mandiri dalam bidang otomotif. Sejak lama ia memang gandrung mengajari anak-anak SMK sekitar daerahnya untuk merakit mobil sendiri. Dari kebiasaan sederhana inilah projek mobil Esemka ini dimulai. Dan sekarang ia kembali bukan siapa-siapa setelah namanya yang tercatut di merk mobil Kiat Esemka dihilangkan oleh Joko Widodo. Meski Sukiyat mengaku kecewa, tapi inilah perang pencitraan, yang lebih berkuasa yang mengambil untung.
Mobil Esemka sebenarnya telah ada sejak 2008, namun pamornya baru bergaung akhir-akhir ini. Sekitar tahun 2011 hingga awal tahun 2012 mobil Esemka semakin ramai dibicarakan, dikatakan sebagai representasi kemampuan tunas bangsa yang mumpuni dalam bidang otomotif. Dalam tangan-tangan para pembuat mobil Esemka inilah harapan besar akan kemajuan industri otimotif Indonesia dibebankan. Bahkan mobil Esemka ini digadang-gadang sebagai calon mobil nasional. Tapi apakah kepopuleran nama mobil Esemka ini sejalan dengan kualitasnya? Dan apakah minat masyarakat kepada mobil ini murni didasarkan pada kepercayaan dan kebanggaan pada produk lokal? Jujur saya ragu. Saya pikir ini karena Joko Widodo dan nama besarnya saja.
Setelah salah seorang pejabat pemerintahan, Joko Widodo yang merupakan walikota Solo, membeli mobil ini, kepopuleran mobil ini lantas meningkat pesat.  Para pejabat lain lantas berbondong-bondong mengikuti langkahnya, entah benar-benar karena kepercayaan pada produk lokal atau pencitraan semata. Dan selayaknya kita kenal, masyarakat Indonesia cenderung latah pada suatu tren, apalagi yang mengawali adalah orang yang berkuasa atau setidaknya punya nama. Sejak itu mobil ini –dengan ajaib- menarik minat begitu banyak masyarakat, hingga pengelola mobil Esemka mengaku diserang begitu banyak pesanan , via telepon maupun online, hingga melebihi batas kemampuan produksi. Apakah minat beli masyarakat karena kualitas mobil Esemka memang membanggakan atau karena mengikuti tren semata? Saya yakin pendapat terakhir adalah jawaban yang lebih dominan. Jika ditanyakan pada para pembeli atau calon pembeli tentang sebab mereka memilih mobil Esemka, saya pesimis akan mendapatkan jawaban yang menyebutkan tentang kualitas mobil lokal ini.  Tidak ada kemampuan yang benar-benar mencengangkan dari mobil ini, tidak ada inovasi, penampilannya standar, bahkan masih kalah jauh dengan mobil-mobil impor yang ada di pasaran Indonesia. Baru terbukti belakangan ini bahwa mobil Esemka tidak lulus uji emisi. Jadi benarkan mobil Esemka benar-benar “mobil kebanggaan Indonesia”. Lebih dari itu, pertanyaan yang menggelitik adalah benarkan mobil Esemka “benar-benar mobil Indonesia”?
Seperti diketahui bersama, mobil Esemka tercipta di tangan Sukiat dan para siswa di berbagai SMK di Solo, diproduksi di Solo, tapi apakah itu cukup untuk menyebut mobil Esemka sebagai mobil Indonesia? Saya rasa tidak. Saya tidak pernah mendengar adanya industri pembuatan bahan baku mobil lokal di Indonesia, jadi kalaupun para pembuat mobil Esemka mengaku “membuat” mobil Esemka, nyatanya mereka hanya “merakit” mobil dengan semua bahan yang –ternyata baru diketahui- dipasok dari Cina. Apakah itu sudah cukup membuat kita bangga dan dengan pongah menyebut mobil Esemka sukses menjadi mobil kebanggaan Indonesia? Anehnya saya sama sekali belum bisa bangga. Jika begitu adanya, apa bedanya produsen mobil Esemka dengan para buruh di perusahaan Yamaha Indonesia misalnya. Di pabrik Yamaha Indonesia, para buruh berkerja setiap hari untuk merakit semua bahan baku yang telah dipasok dari pusatnya di Jepang dan menghasilkan berunit-unit motor yang dipasarkan di Indonesia ini. Saya rasa mereka sama, sama-sama hanya dituntut untuk merakit  dengan mencontek prosedur yang sudah ada, lalu dimana hebatnya? Saya akan lebih menghargai jika setidaknya pada mobil Esemka terdapat inovasi baru, gagasan fresh dari otak cemerlang generasi muda indonesia, tapi tampaknya satu-satunya inovasi pada mobil Esemka adalah hanya karena dihasilkan oleh tangan para siswa SMK di Indonesia.
Poin penting yang dapat disimpulkan disini, lebih baik masyarakat lebih mengkaji tentang kebanggaan mereka dengan mobil Esemka. Indonesia belum pantas berbangga hati dulu, masih banyak hal-hal yang perlu dibenahi dari keberadaan mobil Esemka. Baik dari segi pengakuan, kualitas produk maupun pengelolaannya. Yang saya rindukan saat ini adalah sebuah mobil Indonesia dengan bahan baku, pencipta, dan linsensi murni dari Indonesia dengan gagasan baru dan kualitas bersaing, dan itu belum terwujud pada mobil Esemka, karena itu saya belum bisa bangga terhadap mobil Esemka. Tapi saya akui bahwa isu terciptanya mobil Esemka ini merupakan pembangun kesadaran masyarakat tentang geliat industri otomotif lokal di Indonesia. Saya harap ini akan membawa kemajuan dan semangat di industri otomotif Indonesia untuk lebih berani maju dan bersaing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar