It's me

It's me
It's all about me

Minggu, 04 Maret 2012

Tulisan 3 : Hardskill Sebagai Pengekspresian Jatidiri


Setiap orang mempunyai minat yang berbeda pada suatu bidang. Ketertarikan tersebut bisa dimulai dari hal-hal yang sederhana sejak kanak-kanak. Seperti cita-cita seorang anak menjadi pilot yang dipacu ketertarikannya melihat pesawat terbang, atau cita-cita menjadi dokter ketika seorang anak kagum melihat cara kerja dokter di rumah sakit. Namun ketertarikan kecil tersebut bisa memacu semangat yang besar untuk mendalami lebih jauh suatu bidang ilmu, dan minat yang sederhana itu bisa menjadi jalan keluar untuk mengekspresikan jati diri seseorang. Itulah yang dinamakan Hardskill, suatu bidang ilmu yang dipelajari secara tekun dan mendalam yang dipelajari seseorang karena menarik minatnya.
Hardskill bisa menjadi bentuk ekspresi jati diri, karena sekali lagi, minat tiap orang berbeda dalam tiap bidang. Sayangnya sistem pendidikan di Indonesia kurang mendukung anak terfokus mendalami bidang ilmu yang diminatinya. Nyatanya di Indonesia jika seorang anak yang nilai rapotnya biasa saja, cenderung tinggi di nilai seni lukis tapi bobrok di nilai matematika, maka orangtuanya akan memanggil guru les matematika untuk anak tersebut. Padahal bisa saja anak tersebut memang terlahir untuk menjadi pelukis besar, jika saja orangtuanya menyalurkan kemampuan lebih anaknya dalam bidang seni dengan memanggil guru seni lukis. Bahkan tragisnya di Indonesia setiap anak dituntut untuk menjadi manusia sempurna, sempurna dalam nilai eksak, sains, komputer, berbagai macam bahasa, semua harus dikuasainya sekaligus sebelum dapat lulus sekolah. Bayangkan beban yang dipikul generasi muda kita kini.
Seorang anak yang ada di hadapan kita bisa saja menjadi Neil Amstrong selanjutnya, atau Albert Einstein berikutnya, atau Mozart di abad ini, siapa yang tahu kecuali kita mengarahkannya ke kemampuan unggulan yang diminatinya. Karena setiap orang lahir dengan takdir yang berbeda, dapat sukses dengan jalan yang berbeda, dan dapat berguna bagi sekitarnya dengan cara yang berbeda, dan hardskill berperan sebagai sarana pengantar mereka menuju takdir hidup mereka masing-masing. Hardskill membimbing seseorang untuk menemukan posisinya di dunia ini agar dapat berguna bagi orang-orang sekitarnya. Jika dianalogikan, bumi sebagai kumpulan puzzle terpencar, dan hardskill sebagai petunjuk kemana kita harus menempatkan puzzle kita di bumi ini sebagai pelengkap bumi, agar hidup kita tidak sia-sia dan bermanfaat untuk bumi yang kita tempati. Maka itu, berbicara tentang hardskill selalu mengingatkan pada takdir, tentang pencarian jati diri agar seseorang tidak hanya dapat bahagia, tapi juga untuk menjadi “lebih” dari orang lain pada suatu bidang, sehingga dapat bermanfaat bagi orang lain dengan bidang yang dikuasai itu. Saat kita sudah dapat bermanfaat bagi sekeliling dengan bidang yang kita kuasai, saat itulah kita disebut telah menemukan jati diri kita, yaitu alasan kenapa kita diciptakan hidup di dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar